“Our country and its taxpayers have been ripped off for fifty years but it’s not going to happen anymore (Negara kami dan para pembayar pajaknya telah ditipu selama 50 tahun, tetapi hal itu tidak akan terjadi lagi),” kata Trump dalam keterangannya melalui akun Instagram Gedung Putih @whitehouse, Kamis, 3 April 2025.
Kepala Menteri Ekonomi Airlangga Hartarto mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Indonesia akan melakukan upaya diplomasi dan negosiasi untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif impor barang.
Pemerintah Indonesia akan mengumpulkan masukan dari beberapa pihak untuk membantu merumuskan strategi untuk mengatasi tarif AS, dan akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke AS untuk meningkatkan perdagangan dengan negara – negara Eropa sebagai alternatif untuk AS dan China, kata Airlangga.
Beberapa negara bahkan mengecam kebijakan Donald Trump yang dinilai mengganggu stabilitas ekonomi dunia. Beberapa pemimpin dunia sedang mencari cara untuk menghadapi tarif tinggi tersebut, terlebih China yang kemudian membalas tarif impor hingga 34% khusus untuk AS, kemudian disusul Uni Eropa dengan “menyerang balik” kebijakan Trump dengan tarif layanan daring AS, sedangkan Kanada “menyerang” di sektor otomotif dengan menjatuhkan tarif sebesar 25% untuk kendaraan yang diimpor dari AS.
Para investor khawatir tarif Trump dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi, permintaan yang lebih lemah, kepercayaan yang lebih rendah, dan kemungkinan resesi global. Sementara itu, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett berusaha meredakan kekhawatiran bahwa tarif tersebut merupakan bagian dari strategi AS untuk menekan Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga, dengan mengatakan tidak akan ada paksaan politik dari bank sentral.
Sementara itu Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melanjutkan pelemahan imbas kebijakan tarif baru tersebut. Seorang dosen dan Peneliti Universitas Islam Indonesia (UII) Listya Endang Artiani mengatakan penurunan nilai tukar rupiah biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Secara eksternal, penguatan dolar AS akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed (Federal Reserve) yang menjadi pemicu utama. Dan berbahaya jika tidak segera ditangani karena volatilitas nilai tukar yang tinggi menciptakan ketidakpastian dalam perekonomian, “Pelaku usaha kesulitan menetapkan harga, investor menahan diri, dan beban utang luar negeri dalam dolar membengkak,” ujarnya.
Dan salah satu contoh dampaknya adalah PHK yang masif dari sejumlah perusahaan yang mengekspor/ impor barangnya ke AS & bisa memunculkan ketidakstabilan ekonomi global. Disisi lain Presiden Prabowo sedang mengupayakan langkah yang yang optimal seperti menambah volume ekspor ke AS dan mencari alternatif negara lain untuk ekspor.